3/8/07

Usaha Seluler: Sambilan Tapi Menguntungkan

Pulsa Elektrik? lihat di: http://www.cikalmart.com

(Isi Pulsa 24 jam, kapanpun & dimanapun Anda berada)
=====================================================================Cuma Sambilan Tapi Menguntungkan

Selular


Bisnis selular rupanya menggiurkan sehingga outlet-outlet sampingan yang menjual produk selular pun bertebaran. Sekadar latah atau benar-benar menguntungkan?
Wiraswasta dan peluang ibarat dua sisi mata uang yak terpisahkan. Begitu ada peluang muncul, wiraswasta langsung cepat mengendus. Seperti yang terjadi di bisnis selular yang kini sedang memasukin masa keemasannya, banyak yang terjun untuk merasakan manisnya madu bisnis ini.


Sekarang makin banyak wiraswastawan yang membuka usaha penjualan ponsel dan aksesoriesnya. Uniknya, mereka tidak hanya berangkat dari toko-toko yang khusus menjual produk tersebut, namun banyak pula yang berawal dari bisnis lain. Misalnya berjualan pakaian , barang kelontong bahkan mie baso. Yang terakhir ini rada unik, karena selain jualan bakso juga berjualan telepon selular, plus pernak perniknya.


Mereka itu memang mencoba-coba peruntungan di bisnis yang konon katanya sangat menggiurkan. Maka ini jamak di temui outlet selular hasil sulapan dari outlet yang berjualan produk lain.


Seperti yang dilakukan Joni, seorang wiraswastawan yang mengawali usahanya dengan menjual berbagai macam jam mulai dari jam tangan hingga jam dinding. Kini ia juga mulai mencoba mengadu nasib dengan menjual voucher isi ulang dan aksesories ponsel. “Meski jam tidak terjual tetap ada pemasukan,” ungkap Joni yang tokonya terletak di kawasan pasar Pondok Labu Jakarta Selatan. Joni mengatakan, pendapatannya dari berjualan voucher isi ulang dan aksesories ponsel lebih besar ketimbang dagangan utama. Namun hingga saat ini proa yang mulai menjalankan usaha sampingannya sejak awal 2003 ini tidak berniat meninggalkan usaha utamanya. “Jual jam masih usaha utama saya. Belum terpikir untuk terjun full di bisnis handphone, “tambahnya.


Sama halnya dengan Joni, Panca yang lama bergelut dengan bisnis penyewaan VCD di kawasan Cilandak Jakarta Selatan juga mulai bisnis selular. Bahkan Panca sengaja membagi ruangan usahanya menjadi dua bagian untuk bisnis baru ini. Berbeda dengan Joni yang menjual voucher dan aksesories ponsel, Panca termasuk pemain serius. Selain berjualan voucher dan aksesories dia juga menerima service perbaikan ponsel sekaligus menjual ponsel-ponsel bekas.


Menurut Panca, bisnis selular yang digelutinya berawal dari seorang temannya yang ingin menjual ponsel. “Teman saya ingin menjual ponselnya dan iseng-iseng saya pasang iklan di selebaran di counter VCD ini, “jelasnya. Menyadari keuntungan menjual ponsel sang teman lumayan besar, Panca langsung tergiur terjun langsung ke bisnis ini. Meskipun usaha utamanya penyewaan VCD masih terus berjalan. Bermodalkan konsiyasi dengan distributor aksesories ponsel di kawasan ITC Roxy Mas, Panca praktis tidak mengeluarkan modal banyak. “Saya hanya mneyediakan etalase untuk memajang aksesories-aksesories ini, jelasnya. Meski demikian, ia masih punya kendala dalam penyediaan voucher isi ulang karena modalnya cukup besar. Maklum saja penjualan voucher isi ulang tidak dapat dilakukan dengan sistem konsiyasi sebagaimana aksesories namun dengan sistem beli putus.


Berbeda dengan sistem Joni dan Panca, contoh unik lain dilakukan Karman yang kesehariannya mejual oleh-oleh khas Bandung di kawasan stasiun Kereta Depok. Warung dagangannya yang juga dijadikan dapur penggorengan tempe khas Bandung ternyata juga menjual berbagai jenis voucher isi ulang. “Untungnya memang sedikit tapi setiap harinya bisa sampai 20 sampai 30 voucher saya jual, “katanya. Dengan menjual berbagai jenis voucher isi ulang seperti Simpati, Mentari dan IM3 paling tidak Karman menganggap bisnis ini cukup menjanjikan. “Satu voucher isi ulang nominal hingga 100 ribu saya untung 2000 hingga 2500 perak,”ujarnya. Bisa dibayangkan, dia bisa mengeruk untung minimal 50 ribu rupiah perhari dari bisnis sampingan.


Latah Di berbagai tempat kini banyak ditemui produk selular yang ‘mendompleng’ bisnis intinya. Entah itu dikelola pribadi oleh si pemilik outlet atau berbagi hasil dengan penjual produk tersebut. Namun yang pasti maraknya outlet-outlet sampingan ini memberi kesan latah ikutan berebut untung dari bisnis seluler.


Dengan mengeluarkan modal sedikit diharapkan memperoleh untuk membukit.
Dari sisi modal, untuk membuka usaha sampingan penyediaan produk selular tidaklah sebesar membuka outlet baru. Dalam hal biaya investasi, si pemilik tidak perlu menyiapkan lokasi outlet. Hanya perlu sedikit biaya untuk menyediakan perangkat etalase atau membuat partisi.


Khusus untuk publikasi, pemilik gerai sampingan memiliki keunggulan khusus. Seperti outlet milik Karman, pengunjung yang biasa datang untuk membeli oleh-oleh khas Bandung setidaknya secara tak langsung akan mengetahui bahwa Karman menjajajkan juga voucher isi ulang.


Sebagai gambaran. Modal untuk membuka usaha sampingan ini tidaklah terlalu besar. Hal ini diamini oleh Joni, yang memiliki outlet tidak lebih dari empat meter persegi. “Modal awal hanya sebatas menambah etalase,” uajr Joni menjelaskan. Sementara bicara keuntungan, Joni mengaku pundi-pundi tabungannya makin besar karena ia berhasil meraup tidak kurang dari dua juta rupiah setiap bulannya. Belum lagi bisa si pengusaha memiliki tempat usaha yang strategis. Tentu saja, peluang memperoleh keuntungan besar akan lebih menjanjikan.


Semakin banyaknya outlet-outlet yang menjual pernak pernik selular tentu saja di satu sisi akan menguntungkan konsumen. Mereka akan dipermudah, karena berbagai perlengkapan ponsel dicari dan ditemukan. Namun demikian, seperti hukum pasar yang berlaku, bisa terlalu banyak gerai sampingan yang muncul maka yang mampu memberikan serivs memuaskan yang bakal bertahan. Di sinilah ide kreatif pemilik outlet sampingan benar-benar diuji.
Sumber: Selular, No. 41, Agustus 2003