Aku Anak Singkong!

"orang bilang tanah kita tanah surga" (koes plus), kayu bisa tumbuh
sendiri (baca: singkong -red)...tanpa usaha...

tapi, kalau mau buat singkong SEGEDEEEE batang pisang, barangkali
bisa pakai pupuk-nya mas anung, bu malna....hahaha....

jadi, yang penting adalah bagaimana menciptakan added value dari
tanah indonesia yang konon tanah surga, kalau minyak disedot cuman
diekspor ke amerika, kalau batubara cuman disedot cuman disedot lagi
ke amerika, kalau gas alam cuman disedot ke amerika dan negara eropa
lainnya...wah, bisa-bisa anak-cucu cuman bisa lihat di buku
ensklopedi atau zaman saya dulu dari buku RPU, bahwa indonesia dulu
kaya akan emas, kaya akan minyak, kayak akan gas...

biar anak singkong, kita mesti bangga & hormat, bahwa dari singkong
lah kita bisa berpikir dan membuat mahakarya yang hebat-hebat dan
membuat decak kagum bangsa lain yang biasa makan keju...

terima kasih bu malna sharingnya, very inspiratif!


@rd.
http://www.cikalmart.com
(best view w/ Internet Explorer)


--- In cikalmart@yahoogroups.com, "Malna R. Syarief" wrote:

Cassava (Manihot Esculenta Crantz) sebenarnya memiliki adaptasi
lingkungan yang hebat, terbukti dapat tumbuh di semua propinsi di
Indonesia. Budidayanya sangat mudah, dapat tumbuh di tanah yang
relatif tidak subur dan --maaf buat Mas Anung-- untuk dapat tumbuh
baik, cassava tidak memerlukan banyak pupuk serta pestisida! :-)

Ini adalah fakta dari BPS, produktifitas cassava paling tinggi
dibanding enam komoditas pertanian utama, yaitu 12,2 ton/ha
dibanding padi dan gandum yang hanya 3,8 ton/ha dan 1,8 ton/ha.
Produksi cassava per tahunnya mencapai 19,4 juta ton dibawah padi
yang 54 juta ton (data BPS tahun 2004).

Saya bukan akan membicarakan ubi kayunya tapi hasil olahannya yang
saat ini masih sekitar 59 persen saja dimanfaatkan untuk industri
padahal negara tetangga, Thailand telah mampu mengolah pati cassava
menjadi produk turunan yang bernilai tinggi untuk pangan maupun
industri.

Ketersediaan cassava yang melimpah ini sebenarnya dapat
dikembangkan sebagai bahan pengganti tepung seperti tepung beras
atau terigu untuk membuat bakso, kerupuk, mie, mie instan, bihun,
kue basah dan lain sebagainya. Tentu saja dengan penggunaan tepung
cassava yang harganya relatif lebih murah akan didapatkan bahan
makanan olahan dengan harga yang kompetitif pula.

Untuk menutupi bau apek yang biasa ditemui pada produk olahan dari
singkong, biasanya pabrik menggunakan Modified Cassava Flour atau
Mocal-T1 sebagai bahan substitusi tepung lain. Mocal-T1 ini
dikembangkan oleh sebuah Universitas di Jember Jawa Timur.

Tepung cassava bisa menggantikan 15 persen tepung terigu untuk
pembuatan mie instan dan menggantikan hingga 25 persen tepung terigu
untuk pembuatan mie berkualitas rendah!

Jadi sebenarnya tepung cassava memiliki prospek yang cerah jika
kita mampu mengolahnya secara baik menjadi bahan pangan alternatif
dan saya tentu saja tertarik untuk mencoba menekuni bisnis ini dalam
waktu dekat nanti, sembari berharap persepsi 'rendah' masyarakat
kita terhadap singkong segera mulai berubah... :-)


Salam hangat dari Semarang,

Malna R. Syarief