6/3/07

Strategi Bisnis => Gaet Konsumen Seluler

Adu Strategi Gaet Konsumen Seluler
M Kuncoro W


DIPERKIRAKAN pada akhir tahun 2004 jumlah pelanggan telepon seluler Indonesia sekitar 22 juta hingga 25 juta nomor. Jumlah ini bisa lebih jika dilihat dari kemungkinan pertumbuhan perekonomian Indonesia tahun ini yang lebih tinggi. Perkiraan semula tahun 2003, pelanggan berjumlah 15 juta, pada akhir tahun mencapai 17,7 juta pelanggan.

Tiga operator telepon seluler tadi diperkirakan akan tetap menguasai pasar pada 2004 karena mayoritas pengguna jasa ponsel di Indonesia menggunakan jasa ketiganya. Selain itu, fasilitas perangkat dan peralatan yang dimiliki ketiga perusahaan operator telepon tersebut terhitung lebih baik untuk melayani pelanggannya.

Kenyataan bagi pemain CDMA (code division multiple access), baik FWA (fixed wireless acces) ataupun yang seluler, tarif murah tidaklah cukup untuk bisa merebut pangsa seluler GSM. Mereka harus melakukan strategi perluasan jaringan, mengenalkan sistem prabayar serta RUIM (removable user identity module), yaitu yang mempunyai kemampuan "hampir sama" dengan SIM (subscriber identity module) di teknologi GSM.

Di dalam kamus bisnis seluler ada dua ukuran yang umum digunakan sebagai patokan kinerja operator. Jumlah pelanggan dan besarnya ARPU (average revenue per user/rata-rata penggunaan pulsa per pelanggan). Strategi mempertahankan pangsa pasar yang meskipun cenderung sudah kuno, tapi masih jitu, adalah menawarkan berbagai paket-paket menarik bagi para pelanggannya serta meluncurkan produk VAS (value added services), seperti kuis dengan disertai berbagai hadiah menarik.

Juga memberi fasilitas khusus bagi pelanggan korporasi atau perorangan yang ARPU-nya tinggi, selain layanan yang mempunyai nilai tambah yang bermanfaat bagi pelanggan agar juga menjadi satu daya tarik supaya pelanggan tidak pindah ke operator lain. Adanya integrasi antara operator seluler dan institusi keuangan, seperti bank, akan lebih bermanfaat jika bisa bersinergi dengan level korporasi lain, seperti PT KAI ataupun korporasi swasta lainnya. Transaksi seperti membeli tiket kereta api, membayar rekening listrik, telepon, belanja, dan sejenisnya bisa dipenuhi melalui layanan seluler.

Strategi memberikan layanan nilai tambah yang mudah dimengerti berguna untuk keseharian dan sangat personal akan menjadi tren pada 2004. Selama tahun 2003, rata-rata operator mengeluarkan lebih dari 20 produk VAS dari berbagai jenis. Secara umum, layanan hiburan (infotainment) masih menjadi favorit dan short message service (SMS) masih menjadi tumpuan operator seluler dibandingkan MMS (multimedia messaging service).

Di sisi lain, strategi operator membidik pelanggan baru luar Pulau Jawa dilakukan dengan perluasan jaringan. Bagi operator seluler, penambahan BTS (base transceiver station) di daerah baru bisa berarti bertambahnya jumlah kandidat pelanggan baru.

Adanya jaringan di suatu kota masih belum cukup bagi konsumen apabila konsumen di kota tersebut kesulitan mendapatkan sim card baru atau voucher (fisik) untuk isi ulang. Untuk itu, perluasan jaringan harus sejalan dengan perluasan jalur distribusi dan juga sejalan dengan penerapan teknologi isi ulang pulsa, yang bisa dilakukan secara OTA (over the air) melalui ATM ataupun SMS.

Kompetisi ketat

Pada pertengahan tahun 2003, teknologi CDMA 2000-1X mulai merangsek ke pasar dengan PT Telkom yang memulai teknologi yang disebut sebagai FWA berbasis teknologi CDMA dengan brand TelkomFlexi, kemudian disusul oleh Esia dari Bakrie Telecom. Paling akhir muncul adalah Mobile-8 yang teknologinya serupa, tapi bermain di seluler, bukan FWA. Dengan menggunakan teknologi setara GPRS-nya GSM, dan pada versi 2000-1XEV-DO (evolution data optimized) serta 2000-1XEV-DV sudah setara dengan 3G fase 1 di GSM, maka operator CDMA tersebut akan berkompetisi memperebutkan pasar seluler pada tahun ini.

Adanya operator teknologi akses nirkabel tetap (fixed wireless) berbasis CDMA cukup mengakibatkan tertekannya ARPU pada beberapa operator seluler. Secara tidak langsung, pangsa pasar seluler yang ada akan terbagi ke operator tersebut.

Mengurangi daerah blank spot di beberapa area, khususnya di dalam gedung perkantoran, mal, ataupun hotel dan penyelenggaraan roaming internasional merupakan salah satu upaya operator untuk meningkatkan ARPU. Operator juga akan memperoleh manfaat yang serupa dengan kontribusi SMS, terutama dalam hal peningkatan ARPU nonvoice. Kontribusi dari trafik MMS belum mampu menandingi SMS karena peningkatan trafik MMS sangat tergantung dari harga dan banyaknya ponsel yang mempunyai fasilitas GPRS/MMS di pasar.

Tekanan ke pendapatan operator sebenarnya juga dikarenakan adanya layanan yang sengaja dipaksakan oleh operator seluler untuk bisa bersaing dengan kompetitor lain. Sementara menurunkan tarif yang ada akan berimbas pada persaingan tarif yang malah akan merugikan si operator itu sendiri. Strategi yang dilancarkan secara lebih halus muncul dalam bentuk meluncurkan layanan seperti bebas roaming, perluasan zona lokal (tarif regional), dan diskon pulsa.

Kiat operator untuk mendapatkan kompensasi dari berkurangnya penerimaan voice dengan meningkatkan pendapatan pada layanan yang mempunyai nilai tambah, seperti SMS, MMS, LBS, dan mobile payment. Selain itu juga dilakukan diversifikasi usaha ke sektor lain yang masih bersinggungan dengan dunia telekomunikasi. Selain itu membidik segmen korporasi akan menjadi fokus utama dari bisnis seluler di tahun mendatang.

Selain serangan dari pemain seluler baru, pemain GSM juga bersaing di sisi tarif lantaran dipicu oleh lemahnya aturan yang ada dan menjadikan struktur tarif yang tidak seimbang. Keadaan ini akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat antar-operator seluler yang ujungnya pada pelayanan konsumen dan perginya investor serta kurangnya daya tarik bagi investor baru. Jika saja aturannya jelas, persaingan akan lebih mengarah ke perbaikan mutu produk/layanan atau program yang diberikan ke konsumen.

Perkembangan di tahun mendatang, selain killer application akan menjadi daya tarik utama, fleksibilitas, dan keandalan billing sistem akan menjadi faktor penentu di tengah persaingan. Ukuran fleksibel muncul melalui beragam produk dan program yang bisa di-bundled dengan harga yang menarik atau dengan layanan lain yang bersifat personal, tersegmen, dan memberi nilai tambah kepada pengguna. Tentunya fleksibilitas harus juga diikuti dengan keandalan sistemnya.

Apa pun jenis strategi yang dilancarkan, baik oleh partai politik maupun pemain bisnis seluler untuk menggaet konsumen, selama masih dalam koridor yang benar, layak untuk diberi pujian atau diberi predikat terbaik. Dan, yang terbaik dalam melayani konsumen yang bakal memenangi persaingan.

Sumber: http://www.kompas.co.id/

==============================================================
Ingin Usaha Pulsa Elektrik? Lihat di www.cikalmart.com
Grosir Voucher Elektrik, Deposit Voucher Elektrik, Chip M-Kios
hanya di CikalMArt Dealer Voucher Elektrik
Belanja Lebih Dekat, Lebih Menyenangkan
==============================================================