6/3/07

Bisnis Selular => Manjakan Konsumen

Hermes Thamrin, CEO PT Cipta Multi Usaha Perkasa
Memanjakan Konsumen Ponsel, Bagian dari Bisnis Besar

Gaya bicaranya meledak-ledak dan selalu bersemangat kalau bicara bisnis. Penuh optimis. Itulah tipikal dari Hermes Thamrin, pengusaha yang sangat tekun dalam melakoni semua bisnis yang digarapnya. Ketika ia memulai bisnis secara spesialisasi di bidang telepon selular (ponsel) tahun 1997 silam, banyak orang yang menertawakannya. Karena bisnis spesialisasi penjualan ponsel dianggap tak mungkin menguntungkan. Tetapi dasar ‘orang Medan’ ia punya prinsip sekali maju, maju terus...pantang mundur.
Dan apa yang diyakini pria kelahiran Tanjung Balai, Sumatera Utara itu, membuahkan hasil yang sangat menakjubkan. Bisnis ritel ponsel yang dia geluti mampu membawanya menjadi pengusaha ponsel terbesar di Indonesia saat ini.

Oleh Wartawan ”SH”
Ignatius Gunarto

Dalam berbisnis ia punya prinsip, harus tekun, serius, dinamis dan profesional. Selain itu, total untuk memberikan kepuasan bagi pelanggan. Hal itu pula yang dipraktikkanya dalam menggarap bisnis ponsel tersebut. Tak heran jika dalam kurun waktu empat tahun ini, ia memiliki sekitar 100 outlet (toko) penjualan handset dari berbagai merek ponsel yang tersebar di 14 provinsi di seluruh Indonesia.
Dibandingkan sektor lain, bisnis ponsel, termasuk salah satu sektor bisnis yang tak terpengaruh krisis ekonomi. Buktinya, meski sejak paruh 1997, Indonesia dilanda krisis ekonomi, tapi penjualan ponsel terus mengalami peningkatan.

Meski hingga saat ini belum ada data resmi tentang penjualan ponsel di Indonesia, tetapi seperti dilaporkan majalah Selular, edisi Maret 2000, tahun 1999, penjualan ponsel di Indonesia sekitar 450.000 unit, 60 – 70 persen di antaranya dikuasai merek Nokia, Ericsson, Motorola, dan Samsung, sekitar 20 persen. Sedangkan sisanya, antara lain, diperebutkan Philips. Alcatel, Panasonic, Sagem, Audivox, Bosh.
Tahun 2000, penjualan ponsel di Indonesia terjadi penambahan cukup besar, yakni sekitar 40 persen menjadi 550.000 unit. Meski Siemens, Ericsson, Motorola dan Samsung secara kreatif terus menggebrak pasar dengan produk baru, tetapi dari segi penjualan, tetap kalah dengan Nokia.

Seperti pernah diungkap lembaga riset AC Nielsen, tahun 2001, Nokia tetap menjadi market leader di Indonesia, dengan menguasai pasar 43,5 persen market share, disusul kemudian Siemens (24,7 persen), Sony Ericsson (16,8 persen) dan pendatang baru Samsung, langsung menyodok Motorola, dengan menguasai 12 persen.

Bagaimana prospeknya tahun 2002? Menurut hasil riset Selular, pada 2002, pertumbuhan pelanggan selular di Indonesia akan mengalami pertumbuhan sekitar 25 persen, pertumbuhan pasar 35 persen, unit ponsel terjual 3,5 juta, dan pelanggan selular mencapai 7 – 10 juta. Indonesia, tercatat sebagai pasar potensial bagi ponsel. Dengan jumlah penduduk lebih 200 juta, potensi pasar ponsel di Indonesia masih terbuka lebar.

Oleh karena itu, para produsen ponsel, pada 2002 ini berani mematok target penjualan cukup tinggi. Misalnya, Nokia Indonesia, tahun 2002, menargetkan penjualan naik menjadi 55 persen, sehingga tetap menjadi market leader di Indonesia. Sementara itu, Ericsson dan Samsung, masing-masing menargetkan penjualan naik 40 persen dan 20 persen.

Akibat potensi pasar ponsel di Indonesia yang begitu besar, kini penjual ponsel pun menjamur di mana-mana. Di luar pusat ponsel Roxy Mas, Jakarta Barat, yang kini terdapat lebih dari 250 toko ponsel, kini hampir semua Mall dan pertokoan, di wilayah Jabotabek terdapat toko ponsel.

”Soal saingan, dalam bisnis merupakan hal biasa. Tetapi, kami tetap optimis, Global Teleshop akan tetap dikunjungi pembeli, karena konsep yang kami tawarkan berbeda dengan penjual ponsel kebanyakan,” ungkap Presiden Direktur (Presdir) PT Cipta Multi Usaha Perkasa (Global Teleshop), Hermes Thamrin dalam perbincangan dengan SH, belum lama ini, di kantornya, Jl Warung Buncit Raya, Jakarta Selatan.

Sejak memasuki bisnis ponsel, sekitar tahun 1994, pria kelahiran Sungai Merbau, Tanjung Balai, 30 Januari 1948 ini optimis, ke depan bisnis ini prospeknya bagus. Oleh karena itu, sejak tahun 1994 hingga sekarang, di tengah persaingan bisnis ponsel semakin ketat, tekad saya menjadi pengusaha spesialis di bidang selular tetap dipegangnya.

”Bisnis bidang selular, telah menjadi komitmen saya. Oleh karena itu, meski sekarang banyak perusahaan sejenis beroperasi, saya tidak ragu untuk tetap berfokus menekuni dan mengembangkan bisnis ritel selular,” ungkap pemilik 100 outlet ponsel Global Teleshop, yang tersebar di 14 provinsi ini.

Dalam menjalankan bisnis ritel selular, tambahnya, pihaknya selalu berupaya menyesuaikan dengan keinginan konsumen, antara lain, karena bisnis yang ditekuninya merupakan ujung tombak bisnis selular. Sejak awal mendirikan toko ponsel, saya punya prinsip, karyawan merupakan ujung tombak.

Oleh karena itu, saya mewajibkan kepada semua karyawan saya untuk terus belajar dan menambah wawasan. Untuk itu, kami secara rutin memberikan pelatihan dan membangun perpusatakaan secara lengkap. Hasilnya, kini, semua karyawan baik di GT maupun NPC mampu menjelaskan secara terperinci semua fitur ponsel yang diinginkan konsumen.

Visi, Misi dan Filosofi
Hermes Thamrin, yang sebelum terjun ke bisnis selular, telah malang melintang di berbagai sektor bisnis ini punya keyakinan, bisnis apapun, bila mau sukses harus ditekuni secara profesional.

Demikian pula dalam menjalankan bisnisnya di bidang selular, yang kini cukup sukses, dilandasi visi, misi dan filosofi yang jelas. Visi kami, menurut Hermes, ingin menjadi perusahaan penyedia jasa telekomunikasi kelas dunia yang siap menghadapi tantangan terhadap perkembangan teknologi yang serba canggih.

Lalu, misinya, ingin menjadi perusahaan yang memiliki jaringan distribusi terluas di Indonesia, dengan merangkul seluruh operator maupun prinsipal telepon selular dan memberikan servis yang prima pada setiap pelanggan melalui dukungan yang diberikan dan orang-orang yang memiliki motivasi tinggi dalam pengoperasiannya ke sebuah jaringan organisasi yang profesional.

”Kiat bisnis saya sebenarnya sederhana. Perlu diingat, di bidang bisnis apapun, kalau kita mengerjakannya dengan penuh komitmen, dan digeluti secara serius dan profesional, bisnis yang dijalankan pasti akan berjalan baik,” katanya.
Mengenai filosopi yang mendasari langkah bisnis ponselnya, Hermes mengaku, menerapkan filosopi enam bintang. Menurutnya, tidak mudah mencapai predikat sebagai perusahaan yang memiliki jaringan distribusi telepon selular terluas di Indonesia. Namun, dengan komitmen pelayanan terpadu, kami mencoba tidak hanya sekadar menjual handset, aksesoris atau produk telepon selular lainnya. Kami meramu berbagai kemudahan yang diwujudkan dengan memberikan pelayanan sebaik mungkin.

Pertama, lokasi strategis. Bagi kami, lokasi strategis merupakan harga mati dalam membuka suatu outlet. Prinsipnya, sebagus apapun outlet, bila tidak berada pada lokasi yang tepat, tentu tidak akan menunjang penjualan.

Kedua, banyak pilihan produk. Di GT, pelanggan akan mendapatkan kemudahan bagi keperluan yang terkait dengan ponsel, baik berupa kartu selular dari berbagai operator, ponsel maupun asesoris dari merek-merek terkemuka.

Ketiga, jaminan produk asli bergaransi. Konsumen awam biasanya memiliki keterbatasan dalam memastikan keaslian suatu produk telepon selular. Namun, di GT pelanggan tidak perlu khawatir, karena semua produk yang ditawarkan asli, langsung diambil dari prinsipal masing-masing. Dengan jaminan ini, pelanggan berhak atas after sales service berupa garansi produk sampai satu tahun.

Keempat, harga bersaing. Harga yang ditawarkan GT sangat kompetitif. Bahkan, sebagai perusahaan yang memiliki jaringan distribusi terluas di Indonesia, GT kerap menjadi trendsetter dalam penentuan harga produk.

Kelima, langsung aktif. Sebagai jaringan distribusi yang bercirikan multi operator, GT memberikan kemudahan kepada pelanggan berupa fasilitas langsung aktif, setelah mereka membeli ponsel di outlet GT.

Keenam, pelayanan profesional. Bagi kami, kepuasan konsumen adalah segalanya. Oleh karena itu, kami merancang struktur organisasi yang terpadu terhadap seluruh outlet. Intinya, di manapun outlet GT berada, maka yang dijumpai oleh pelanggan adalah pelayanan yang prima dan seragam.

Hal ini dimungkinkan, karena manajemen GT telah mendidik customer service agar memiliki keterampilan dan kemampuan yang sama tentang produk ponsel dan operator terkait, sehingga mereka dapat menjelaskan secara detail kepada pelanggan.

Jadi Acuan
Hasil kerja kerasnya membangun jaringan bisnis ponsel, kini telah menempatkan Hermes Thamrin sebagai ”raja bisnis” ponsel Indonesia. Fakta ini memang tidak salah. Sebab, kini selain memiliki 100 outlet Global Teleshop yang tersebar di 14 provinsi, Hermes juga memiliki perusahaan distributor ponsel lain. Lewat PT Bimasakti Usindo Perkasa (BUP), ia memiliki 8 gerai Nokia Profesional Center (NPC), di Jakarta, Semarang, Surabaya dan Bali.

Gerai NPC, merupakan jaringan penjualan ponsel yang khusus melayani penjualan produk Nokia. Selain itu, pada 2000 lalu, melalui PT Cipta Multi Usaha Perkasa, Hermes mendirikan Global Teleshop Center, sebuah megastore ponsel terlengkap dan terbesar di Asia berlokasi di dekat permukiman mewah Pondok Indah, Jakarta Selatan.

Sebelum Nokia memperkenalkan Nokia Profesional Center (NPC) kepada masyarakat, BUP sudah lebih dulu memperkenalkan Graha Nokia, semacam pusat layanan ponsel Nokia. Konsep dan kecanggihannya, akhirnya membuat Nokia menjadikannya sebagai standar acuan pengoperasian NPC di Asia Tenggara. Terobosan yang dilakukan BUP diakui oleh Nokia sebagai konsep terbaik hingga ditetapkan dalam melayani konsumennya.

Saat ini, BUP mengelola 8 gerai Nokia Profesional Center (NPC) di seluruh Indonesia. Diperoleh informasi, konsep yang dikembangkan BUP ini merupakan yang pertama di Asia, dan kini telah diadopsi Nokia di negara lain.

Terbitkan Majalah
Komitmennya yang besar terhadap bisnis selular, bukan saja diwujudkan dalam bentuk outlet yang kini tersebar di 14 provinsi, tetapi juga lewat majalah Selular, sebuah majalah bulanan yang khusus membahas berbagai masalah berkaitan dengan ponsel.

Majalah bulanan, yang diterbitkan pertama kali, bulan April 2000 ini oplahnya terus meningkat. Terakhir, oplahnya mencapai 30.000 eksemplar.

”Jika dihitung investasinya sudah lama kembali, karena iklannya sejak pertama kali terbit hingga sekarang terus meningkat,” kata pria berhobi renang itu.

Tanpa menyebut besarnya investasi, Hermes mengaku, modal yang ditanamkan untuk menerbitkan majalah tidak besar. Pada tiga edisi pertama, majalah khusus ini dibagikan gratis kepada pelanggan Global Teleshop. Tetapi, mulai edisi keempat hingga sekarang dijual bebas dan mendapat sambutan positif masyarakat.

”Meski saya pemiliknya, tetapi saya tidak pernah mempergunakan majalah tersebut untuk kepentingan perusahaan saya. Seperti halnya koran dan majalah pada umumnya, majalah Selular dikelola secara profesional,” paparnya.

Hermes yang sejak tahun 2000 lalu mendirikan perusahaan properti, Global Realty Internasional berpusat di Sydney, Australia mengaku, semua bisnisnya dilakukan secara profesional dan tidak ada kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN).

”Seluruh karyawan, baik di GT maupun NPC diseleksi secara ketat. Selain tidak ingin mempraktikan KKN dalam menjalankan bisnis, juga tidak ingin menjalankan usahanya dengan one man show. Saya ingin, tanpa kehadiran saya, perusahaan saya tetap bisa berjalan,” ungkapnya. ***

sumber: http://www.sinarharapan.co.id

==============================================================
Ingin Usaha Pulsa Elektrik? Lihat di www.cikalmart.com
Grosir Voucher Elektrik, Deposit Voucher Elektrik, Chip M-Kios
hanya di CikalMArt Dealer Voucher Elektrik
Belanja Lebih Dekat, Lebih Menyenangkan
==============================================================