MLM sebagai Bisnis Tetap?
in cikalmart@yahoogroups.com luthfi wrote:
Hi,
Mbak Malna, salam kenal. Setuju, saya juga tidak
underestimate ttg MLM.
Yg jadi pertanyaan adalah jika suatu produk MLM itu
benar-benar bagus,
kenapa tidak djual lewat jalur distribusi konvensional
saja? Jalur
distribusi konvensional sdh terbukti sejak lama
menjadi sistem penyaluran
brg secara massal yg efisien.
Kira-kira begini yg konvensional :
Pabrik-->Distributor-->Grosir & Toko Besar-->Toko
kecil/pop & mom shop
Pabrik-->Modern Trade (Hypermarket, Supermarket,
Minimarket)
Pihak Distributor mengumpulkan informasi data
penjualan. Data penjualan ini
dikumpulkan para sales yg disebar ke grosir2 & toko2
besar. Jadi data
penjualan ini berdasarkan realitas kebutuhan pelanggan
di lapangan.
Berdasarkan informasi data penjualan bulan tsb & trend
tahun2 sebelumnya,
Distributor akan membuat prediksi penjualan bulan
berikutnya. Data prediksi
penjualan bulan berikutnya ini kemudian di sampaikan
ke Pabrik. Jumlah
barang yg diproduksi pabrik pada bulan berikutnya
didasarkan pada data
prediksi penjualan dari Distributor.
Jika prediksi terlalu sedikit, maka produk terancam
kosong di pasaran
(pelanggan bisa lari ke merek lain). Prediksi terlalu
banyak, brg terancam
overstock di Distributor, akibatnya kadaluarsa-->harus
dimusnahkan. Intinya
jumlah barang yg diproduksi Pabrik berdasarkan
informasi dari realitas
kebutuhan yg mampu diserap pasar. Lebih dari itu pasar
akan jenuh. Sistem
distribusi konvensional ini banyak dipakai mungkin
bukan karena sistem ini
yg terbaik, tetapi karena sistem yg lain tidak
bekerja.
Bagaimana sistem distribusi MLM? Terus terang ini yg
jadi pertanyaan saya
juga. Kalau melihat presentasi MLM tampak sekali hype
yg ditimbulkan ke
calon downline. Para upline memberitakan seolah-olah
produk MLM tsb sangat
ekslusif & laku keras. Para downline yg sdh menjadi
upline akan menularkan
hype ini ke calon downline baru. Demikian seterusnya,
hingga pada satu titik
jenuh yg dibatasi oleh jumlah penduduk dunia. Pelaku
MLM yg mengharapkan
komisi dari perekrutan downline bersikap bagaikan
Evangelis yg terus
memberitakan ke downline bahwa produk mereka laku
keras. Downline membeli
produk itu bukan berdasarkan kebutuhannya, tetapi
berdasarkan
keinginan/histeria utk mendapat komisi dari perekrutan
member baru. Kalau
begitu tentunya data penjualan produk MLM tidak
berdasarkan realitas titik
jenuh/daya serap pasar, tapi dari histeria downline.
Adakah suatu pihak di MLM (spt di Distributor
konvensional) yg
menginformasikan ke Pabrik titik jenuh dari penjualan
produk tsb? Jika tidak
ada tentunya pabrik akan memproduksi barang
sebanyak2nya & yg terjadi adalah
overstock brg di tangan downline. Sebuah sistem yg
didasari ketamakan,
bukannya realitas kemampuan daya serap pasar tentunya
akan bergerak ke arah
yg namanya self-destruction.
Sorry, just a tought. :)
Rgds,
Luthfi
in cikalmart@yahoogroups.com Malna Syarief wrote:
Saya tidak underestimate dengan MLM, karena suami saya juga setia mengkonsumsi produk suplemen dari sebuah MLM... :-)
Saya menggolongkan marketing gaya MLM adalah marketing agresif. Artinya konsumen yang membeli produk memperoleh insentif jika memasarkan kembali dan begitu seterusnya...
Konsepnya sebenarnya sangat menarik, siapa yang bekerja lebih keras maka dialah yang akan memperoleh rewards yang lebih dari yang lain.
Maka kembali ke agresifitas tadi. Kadangkala untuk memperoleh rewards yang lebih banyak, seorang yang 'bekerja' untuk MLM bisa bekerja sangat keras diawal karirnya, bahkan yang sudah sukses sekalipun tetap mencari lebih banyak 'kaki' dan lebih melebarkan jaringannya.
Sehingga orang yang sinis terhadap bisnis ini tentu mengira mereka ini 'tamak'... sudah punya pekerjaan mapan dan sudah berpenghasilan 50 juta di MLM tapi, koq ya masih tetap 'ngoyo' bekerja hingga larut malam, menghadiri seminar di hari minggu, berkeliling kota dan berbicara sampai berbusa-busa!
Maafkan orang yang tidak tahu, tapi umumnya bisnis MLM memang mengajarkan 'bermitra', artinya yang sudah lebih dulu sukses seharusnya membantu mitranya yang belum sukses. Jadi tidak aneh jika mereka yang sudah berhasil tetap berkeliling kota, terlihat di seminar-seminar dan lain-lain... sampai saatnya mereka nanti 'pensiun'
Sepertinya itu yang saya ketahui... mungkin yang benar-benar telah menekuni MLM bisa bercerita dan menjadikan bisnis ini bukan lagi sekedar side job! Tapi benar-benar sumber penghasilan satu-satunya...
Salam manis dari Yogyakarta,
Malna R. Syarief
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home