3/20/07

[Aplikasi Pareto] TUKUL: 80% Berita Baik vs 20% Berita Buruk



Contoh gamblangnya orang "kepepet" yang sukses?
lihat saja TUKUL ARWANA, bagaimana seorang TUKUL memaksimalkan fisik-nya yang serba kepepet itu, wajah-nya yah ga jauh lah dengan wajah seorang cover boy, untuk majalah SOBEK. Kumis tipis mirip LELE DUMBO. Perawakan Katro dan Ndeso.

Meski kepepet, Kalau dasarnya orang itu punya "dream" atau mimpi besar, mau belajar dan berbesar hati dalam mengarungi dan mengejar mimpi-mimpi-nya tersebut, maka tidak ada sesuatu yang tidak mungkin bisa terjadi.

Yah biarkan saja orang mau bilang apa saja tentang Anda, "kamu itu ga becus, kamu itu ga bisa dipercaya, kamu itu ga bisa memimpin, kamu itu norak, kamu itu ga punya potensi, kamu itu jelek, kamu itu kurus, kamu itu kutu kupret, kamu itu ga jelas, kamu itu mbalelo, kamu itu ga suka diatur, kamu itu garing, kamu itu ga asik, kamu itu cuek,kamu itu ga level, kamu itu ga punya pengalaman, kamu itu masih muda, kamu itu orang kampung, kamu itu ga bisa bahasa inggris, kamu itu ga suka ke diskotik, kamu itu ga nge-rokok, kamu itu ga gaul...dan lain-lain.

Jadikan ini semua menjadi "PELECUT SEMANGAT" untuk membalikkan stigma/pandangan orang lain, bahwa kita bisa SUKSES dengan jalan kita!

TUKUL saja bisa Kenapa kita Tidak!

Wassalam,@rd.
===============================================================
@rd wrote:

Ada orang yang kecenderungan-nya harus "kepepet" dulu baru bisa bergerak, apakah ada hubungan-nya dengan karakter seseorang yang sangat "unik" untuk masing2 individu...

mungkin tipikal "kepepet" perlu dikondisikan agar situasinya selalu seperti serba kepepet terus,

-kepepet mau UMPTN belajar mati2an padahal sebelumnya cuman maen basket saja kabisanya...
-kepepet mau GAWE buru2 bikin Tugas Akhir...
-kepepet mau KAWIN buru2 cari Duit...

nah kalo kepepet mau MATI, barangkali buru2 buat amal yang banyak...:)

Wassalam,@rd.

==================================================================
berikut adalah salahsatu tulisan-nya abah rama (he is my 'guru'), awal judul tulisannya adalah 80% Berita Baik vs 20% Berita Buruk, saya tambahkan menjadi aplikasi pareto...mudah2an ada manfaatnya. (@rd)
==================================================================
in alumnitfitb@yahoogroups.com, abah rama wrote:
Rekan Alumni ysh,
Ditengah suasana depresif dimana hampir semua orang menganut Deficit Approach, sehingga banyak orang merasa bahwa negeri kita sedang dirundung malang, kesulitan, krisis, bencana dlsb yang membuat putus asa, sebenarnya kita harus mensyukuri situasi ini.
marilah kita menyimak kisah nyata ini:
Banyak orang berhasil gara gara "kepepet" dan kalau kita tanyakan kepada yang bersangkutan
bagaimana caranya anda "survive" dari kondisi kepepet tersebut maka ada berbagai jawaban
seperti:
* saya lakukan apa yang bisa saya lakukan
* saya lakukan apa yang suka saya lakukan
* saya lakukan apa yang mampu saya lakukan
* saya kerjakan apa saya yang saya bisa
* saya kerjakan apa yang saya tahu
* dlsb.

Seperti kita tahu semua bahwa manusia memiliki kekuatan dan kelemahan.
Dalam keadaan kepepet, secara naluriah, dia akan berfokus pada Kekuatannya karena dia tahu bahwa
kalau dia menggunakan kelemahannya maka dia tidak bisa survive .

Mengapa kita baru menggunakan strategi ini setelah kepepet ????
Mengapa tidak sekarang saja ???
Mengapa kita tidak mengkondisikan diri kita seperti sedang kepepet sehingga timbul usaha dan idea untuk menggali
kekuatan ???
Bukankah kekuatan merupakan nikmat Allah yang wajib kita syukuri??

Banyak cara untuk menggunakan Strength Approach ini:
1.Adversity Quotient yang dipelopori oleh Paul G Stoltz : yang menggunakan konsep menggali kekuatan melalui "situasi kepepet" seperti yang dibahas diatas
2.Appreciative Inquiry yang dipelopori oleh David Cooperider yang menggunakan konsep penggalian kekuatan melalui bukti bukti keberhasilan masa lalu dan yang kemudian dijadikan mimpi dimasa depan sebagai awal dari perencanaan organisasi.
3.VIA Strength yang dipelopori Martin Seligman berdasarkan Positive Psychology dan banyak digunakan dalam keluarga
4.Cliffton 34 Talents Theme yang diciptakan oleh Gallup berdasarkan Strength Psychology dan ditujukan untuk Workplace maupun Sektor Pendidikan.
5.Cara cara lain yang bertujuan untuk menggali kekuatan dan memanfaatkannya

Oleh sebab itu, mulai saat ini,
- diorganisasi : kalau anda menggunakan analisis SWOT, berikan perhatian lebih kepada Strength dan upayakan untuk memanfaatkan Strength untuk peningkatan produktivitas dan siasati Weakness yang bertahun tahun tidak bisa diperbaiki.
- interpersonal : usahakan untuk menghargai kekuatan orang lain, jangan berusaha "memperbaiki kelemahan" orang lain bahkan kalau perlu bantu mengisi kelemahan mereka dengan kekuatan yang anda miliki.

Salam sukses Abah Rama
Developer, Responsibility, Strategic, Belief, Connectedness
"FOKUS PADA KEKUATAN SIASATI KELEMAHAN"

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home